Dr.Soedjatmoko (almarhum) adalah seorang pemikir besar yang kemampuannya diakui di dunia internasional. Hal itu antara lain dibuktikan dengan keanggotaannya pada sejumlah lembaga ilmu pengetahuan di luar negeri serta jabatan yang pernah disandangnya sebagai Rektor Universitas PBB di Tokyo. Dalam suatu pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki- Jakarta pada tanggal 22 Mei 1972, ia mengungkapkan:
…usaha pembangunan hanya bisa berhasil jika usaha itu tidak dilihat sebagai suatu kejadian / perkembangan yang asing terhadap kebudayaan kita sendiri serta tidak hidup dan memiliki akar atau arti dalam sistem nilai yang ada dalam masyarakat kita. Pengalaman berbagai negara yang sedang membangun telah menunjukkan bahwa jikalau usaha pembangunan itu hanya dilihat sebagai pelaksanaan proyek-proyek ekonomi saja maka setelah bantuan dari luar berhenti, macetlah usaha itu, karena tidak ada api yang menjalankan dinamika sosial pada masyarakat yang mau membangun itu. Pada hakikatnya ciri pokok usaha pembangunan bukan proyek-proyek bantuan luar negeri dan bukan investasi modal asing ; hakikat pembangunan ialah gerak majunya suatu sistem sosial menghadapi tantangan-tantangan baru.
Ungkapan tersebut merupakan kritik terhadap strategi pembangunan yang diterapkan oleh rezim Orba. Yaitu, pembangunan yang “mendewakan” pertumbuhan ekonomi dan bertumpu pada hutang luar negeri dan investasi modal asing dan modal dalam negeri. Kalau pembangunan dimaknai sebagai gerak majunya suatu sistem sosial menghadapi tantangan-tantangan baru
sebagaimana pandangan Dr. Soedjatmoko, maka keberhasilan pembangunan hendaknya diukur dari perkembangan kemampuan suatu sistem sosial atau masyarakat dalam menghadapi atau memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Bukan diukur dari laju pertumbuhan ekonomi dan keberhasilan mendapatkan hutang-hutang baru.
Oleh : Hedar Laudjeng
Artikel ini adalah Pengantar Diskusi Menjelang Musyawarah Adat Pekurehua-Tawailia di Desa Watutau 20-22 Nop 2001. Selengkapnya bisa dibaca di SINI